Limbah yang dihasilkan dari kebun maupun industri pengolahan kelapa
sawit, telah dinyatakan beberapa peneliti sangat bermanfaat sebagai
pakan ternak terutama ruminansia dan unggas. Limbah sawit yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yaitu berupa daun, pelepah,
tandan kosong, cangkang, serabut buah, batang, lumpur sawit, dan bungkil
kelapa sawit. Limbah ini mengandung bahan kering, protein kasar dan
serat kasar yang nilai nutrisinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pakan ternak ruminansia. Apabila untuk dijadikan pakan ternak unggas
perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu seperti fermenasi ataupun
amoniasi untuk meningkatkan nilai nutrient serta mnurunkan kandungan
serat kasarnya.
Kandungan Nutrisi Limbah Kelapa Sawit
Bila ditinjau dari segi potensi kandungan gizi/ nutrien limbah sawit
sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai pakan ternak. Hasil beberapa
penelitian yang dilaporkan menunjukkan bahwa limbah sawit mempunyai
kandungan gizi pakan yang bervariasi tergantung jenis limbah. Berikut
ini adalah kandungan nutrientnya:
Peningkatan Kandungan Nutrient Limbah Kelapa Sawit.
Menurut Mathius et al., (2003) diketahui bahwa sebagian besar
limbah kelapa sawit mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
Selanjutnya bila produk limbah kelapa sawit dimanfaatkan untuk ternak
dapat menyebabkan kekurangan nutrien sehingga menurunkan produktivitas.
Menurut Sudaryanto (1999) ada empat macam perlakuan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas limbah sawit yaitu perlakuan fisik, kimia,
fisik dan kimia, serta biologi.
Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan,
dibuat pelet atau penjemuran/pengeringan ; perlakuan kimia yaitu
menggunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca (OH)2, amonium hidroksida,
urea, sodium karbonat, sodium klorida dan lain-lain; perlakuan fisik dan
kimia adalah menggabungkan kedua cara di atas ; perlakuan biologi
dilakukan dengan menambah enzim, jamur, bakteri atau lainnya. Perlakuan
fisik yang dapat dilakukan pada limbah sawit yaitu pencacahan agar
menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga layak untuk dikonsumsi ternak.
Perlakuan lain yang dapat dilakukan yaitu fermentasi dengan menggunakan
probiotik atau starter, pembuatan silase atau penguapan.
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Untuk Pakan Ternak
Pemanfaatan limbah sawit untuk pakan ternak
ruminansia telah banyak diterapkan. Penggantian dedak padi dengan
Lumpur sawit dalam ransum sapi perah sampai 100% tidak mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi susu, bahkan ada kecenderungan kadar proteinnya
naik (Sutardi, 1991). Penggunaan Lumpur sawit dalam pakan domba dapat
memberikan tingkat kecernaan protein yang cukup tinggi (Devendra, 1977),
sementara pemakaian bungkil inti sawit untuk domba sampai 22 % tidak
berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering, daya cerna protein dan
retensi nitrogen (Agustin, 1996).
Namun pemakaian limbah sawit untuk pakan ternak unggas sangat terbatas
disebabkan oleh nilai gizinya yang rendah (tingginya serat kasar dan
adanya protein yang sulit dicerna). Untuk peningkatan pemakaian limbah
sawit ini dalam ransum pakan unggas, sangat perlu dilakukan peningkatan
nilai gizinya.
Elisabeth dan Ginting (2003) menunjukkan bahwa limbah sawit berupa
campuran pelepah (60%), lumpur sawit (18%) bungkil inti sawit (18%),
dedak (4%), urea (0,4%) dan garam (0,1%) dengan kandungan protein hanya
7,8% memberikan pertambahan bobot hidup sapi jantan sebesar 0,58 kg/hari
dan lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan lain. Batubara et al.
(2003) juga menunjukkan bahwa pemberian pakan menggunakan daun sawit,
lumpur, bungkil inti sawit (diolah atau tanpa diolah) memberikan
pertambahan bobot hidup kambing sangat nyata lebih tinggi (53-77 g/hari;
kandungan PK 12-14,5%).
Jenis Jenis Limbah Kelapa Sawit
1. Pelepah Sawit
Menurut Purba et al., (1997), pelepah sawit diperoleh dari hasil
pemangkasan pada saat panen ataupun pemangkasan yang dilakukan rutin 6
bulan sekali. Pelepah yang dihasilkan pada umumnya belum dimanfaatkan
secara optimal sementara menurut Sitompul (2003) pelepah sawit merupakan
sumber pakan bagi ternak untuk mensubstitusi pakan hijauan. Selanjutnya
menurut Purba et al., (1997) mengacu pada kandungan gizi dan
nilai kecernaan pelepah sawit (48%), maka kontribusi energi pelepah
sawit diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok sehingga
untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan
sehingga kekurangan protein dan energi dapat terpenuhi.
Kendala utama yang dihadapi dalam pemanfaatan pelepah sawit sebagai
pakan ternak adalah rendahnya protein kasar dan terikatnya serat kasar
pada lignin, sehingga penggunaannya maksimal 50% dalam pakan untuk
ternak domba atau kambing sedang menurut Wan Zahari et al.,
(2003) pemanfaatan pelepah sawit untuk ternak tidak melebihi dari 30%
dan pemberian pelepah dalam waktu panjang menghasilkan kualitas karkas
yang baik. Menurut Abu Hasan dan Ishida (1991) yang disitasi Mathius et al.,
(2003) pemanfaatan pelepah sawit untuk ternak ruminansia dapat
dilakukan dalam bentuk silase yang dikombinasikan dengan bahan lain atau
konsentrat sebagai campuran
2. Lumpur Sawit
Lumpur sawit merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pemerasan
buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau crude palm oil
(CPO). Jumlah produksi lumpur sawit sangat tergantung dari jumlah buah
sawit yang diolah (Sinurat, 2003). Pemanfaatan lumpur yang dihasilkan
dari industri pengolahan kelapa sawit masih belum dilakukan untuk tujuan
ekonomi. Pada umumnya lumpur sawit digunakan sebagai penimbun jurang
atau bahkan dibuang sehingga menimbulkan polusi. Menurut Suharto (2003),
pemanfaatan lumpur sawit memberikan hasil ganda yaitu menambah
persediaan bahan pakan dan mengurangi polusi.
Kekurangan dari lumpur sawit yaitu tingginya kadar air, hal ini
kemungkinan yang menyebabkan kurang disukai. Pemanfaatan lumpur sawit
untuk ternak tidak bisa tunggal karena kandungan energi rendah dan abu
yang tinggi sehingga penggunaannya harus dicampur dengan bahan pakan
lain (Mathius et al., 2003). Menurut Sinurat (2003) untuk
meningkatkan kualitas gizi lumpur sawit dapat dilakukan dengan
fermentasi menggunakan Aspergillus niger. Selanjutnya diketahui bahwa
produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan A. niger mengandung
enzim mananase dan selulose. Enzim yang dihasilkan selama proses
fermentasi diharapkan dapat memecah serat sehingga menjadi molekul
karbohidrat yang lebih sederhana dan meningkatkan energi yang dapat
dimetabolisme oleh ternak.
Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja dan Utomo (2001) bahwa pemberian
solid/ lumpur sawit untuk ternak sapi PO jantan memberikan PBBH yang
nyata lebih tinggi dibanding pakan kontrol. PBBH yang dihasilkan dari
sapi yang diberi pakan solid ad libitum dan rumput sebesar 0,77 kg/ekor
sedang pemberian 1,5% solid dari BB ternak dihasilkan PBBH 0,44 kg/ekor.
3. Bungkil Inti Sawit
Bungkil inti kelapa sawit adalah salah satu hasil ikutan industri kelapa
sawit dimana produksinya cukup metimpah. Karena itu upaya penggunaan
limbah ini untuk pakan telah pula dilakukan yakni sebagai sumber energi
atau protein. (Devendra, 1977). Namun demikian bungkil inti ketapa sawit
dikenal sebagai pakan yang kurang disukai ternak karena sifatnya yang
kering dan kasar seperti pasir serta tingginya serat kasar (Ravindran
dan Blair, 1992).
Batas penggunaan bungkil inti sawit dalam ransum ayam broiler dilaporkan
bervariasi dari 5-20% (Ahmad, 1982:Kamal,1984) dan dapat digunakan
hingga 40 % dalam ransum ayam petelur (Perez et al., 2000 dalam
Sinurat dan Manurung, 2005). Peningkatan mutu bungkil inti sawit
diharapkan dapat pula meningkatkan pemakaiannya dalam ransum unggas.
Seperti halnya Lumpur sawit, peningkatan mutu bunkil inti sawit dapat
ditakukan dengan fermentasi. Fermentasi terhadap Bungkil Inti Sawit
menyebabkan adanya perubahan kandungan nutrisi bahan, dimana kandungan
protein kasar fospor dan abu serta energi metabolisme Bungkil Inti Sawit
terfermentasi dan cenderung naik
4. Daun Kelapa Sawit
Daun kelapa sawit merupakan salah satu hijauan yang disukai oleh ternak
sapi, daun dihasilkan dari tunas panen yang dilakukan saat pemanenan
tandan buah segar (Sitompul, 2003). Pemanfaatan daun kelapa sawit harus
dibuang dulu lidinya karena akan memberikan pengaruh kurang aman
terhadap ternak. Daun kelapa sawit dapat diberikan segar untuk ternak
sapi, namun bila diberikan lebih dari 20% perlu pengelolaan awal untuk
meningkatkan nilai biologisnya (Winugroho dan Maryati, 1999). Dalam
penelitian Batubara (2002), pemberian daun kelapa sawit tanpa lidi
sebanyak 40% dan konsentrat memberikan PBBH pada sapi jantan muda
sebesar 0,76 kg/ekor dan nilai B/C 1,5.
5. Serat Perasan
Serat perasan merupakan hasil ekstraksi minyak sawit, mempunyai
kandungan gizi dan nilai kecernaan (24-30%) yang rendah sehingga
pemanfaatannya belum banyak disarankan (Mathius, et al., 2003) .
6. Tandan Kosong
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit
(PKS) yang jumlahnya sekitar 55-58% dari Tandan buah segar.
Pemanfaatannya disarankan agar dicampur dengan bahan pakan lain yang
berkualitas. Pemanfaatan tandan kosong untuk ternak sapi harus diberikan
perlakuan fisik agar dihasilkan ukuran yang mudah untuk dikonsumsi
ternak (± 2 cm), pemberiannya antara 30-50%.
7. Batang Sawit
Menurut Ginting, et al., (1997), pemanfaatan silase pelepah dan
batang kelapa sawit dapat menggantikan 25-50% pakan konsentrat untuk
ternak ruminansia. Perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kekurangan dari pelepah dan batang kelapa sawit dengan proses fermentasi
menjadi silase, pengolahan dengan perlakuan NaOH dan perlakuan uap.
Mathius, et al., (2003) bahwa pemberian batang sawit sebanyak 30% dan 70% konsentrat menghasilkan PBBH antara 0,66-0,72 kg/ekor.